Jumat, 24 April 2015

Merekayasa Gigi untuk Senyum Cantik Bak Selebriti

Gigi Ku Bagus - Pernah merasa tidak puas dengan senyuman sendiri ketika di foto? Atau merasa gigi dan senyuman tidak cukup memuaskan hati?

Saat ini dengan berkembangnya teknologi semua dapat direkayasa, termasuk senyuman. Namun bukan dengan peranti lunak yang ada di gawai Anda, tapi dengan rekayasa yang sifatnya permanen, yaituDentist and Digital Smile Design. Drg. Syanti Wahyu baru membuka praktik rekayasa senyum dengan merubah bentuk gigi ini beberapa tahun belakangan, namun namanya sudah merebak sebagai pakar ahli rekayasa senyuman.

"Saya menggunakan piranti lunak khusus untuk mendesain bentuk gigi sesuai dengan karakter dari pasien guna menghasilkan senyuman yang memuaskan," kata Syanti ketika ditemui dalam acara Femaledev di kawasan Senayan, Jakarta Selatan (21/4).

Dokter gigi yang membuka praktik di Bethasaida Hospital, Serpong, ini mengaku telah banyak pasien dengan berbagai keluhan dan kondisi gigi yang telah ia tangani. Mulai dari merapatkan gigi, memperpanjang gigi, membuat atau menghilangkan gingsul pun dia sanggup. Hasilnya? 90 persen pasien puas dengan senyuman barunya.

Syanti tidak menggunakan kawat gigi untuk merekayasa bentuk gigi. Ia pertama-tama berusaha mengenali karakter pasien dan bentuk senyuman yang diinginkan oleh pasien. Termasuk dari bentuk gigi, warna gigi, hingga ukuran dari gigi yang kemudian disesuaikan dengan karakteristik pasien.

Dokter ini rupanya mampu melihat karakteristik pasien hanya dari bentuk gigi asli yang tumbuh, dan juga cara dari pasien berbicara serta mengungkapkan keinginannya. Syanti memiliki trik berupa rumus karakter manusia berdasarkan bentuk gigi yang tumbuh.

Syanti bukan dukun yang mampu dengan sekali melihat langsung mengetahui karakter pasien, tetapi melalui bantuan video yang ia rekam saat pasien pertama kali datang berkonsultasi yang kemudian ia analisis.

Setelah ia mengetahui karakteristik pasien dan keinginannya, Syanti lalu meramu bentuk gigi baru dengan piranti khusus. Kemudian ia buat bentuk 'uji coba' gigi tersebut untuk kemudian sang pasien coba.

"Biasanya ada dua kali uji coba, pada uji pertama jika pasien masih ada keluhan maka akan diperbaiki, namun jika sudah terpesona dengan hasilnya maka akan langsung diproses untuk eksekusi perubahan gigi pasien," kata Syanti.

Butuh total kira-kira tiga hingga empat pekan bagi pasien untuk mendapatkan bentuk senyuman yang memuaskan. Setiap kali uji coba, Syanti pun tak lupa merekam senyuman baru dengan kamera, baik untuk keperluan pembentukan gigi ataupun untuk keperluan pasien.

Proses 'eksekusi' perubahan gigi sendiri hanya membutuhkan waktu tiga hingga empat jam, dan pasien pun sudah mendapatkan senyuman permanen sesuai dengan yang diinginkan.  Gigi baru tersebut hanyalah tempelan baru dari bahan khusus di atas gigi asli yang bersifat permanen dan berbentuk sesuai dengan yang diinginkan.

Bila sudah memiliki senyuman baru, Syanti biasanya sudah mewanti-wanti pasien untuk mengikuti serangkaian pantangan. Namun bukan pantangan makanan, tetapi lebih kepada pantangan perilaku yang membuat gigi baru tersebut pecah, seperti kebiasaan mengigit benda keras.

Jika Syanti menemukan pasien yang memiliki kebiasaan tersebut, ia menuntut pasien untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Jika sudah Syanti rasa berkurang dan aman, barulah ia melakukan proses rekayasa.

Dalam menjalani proses rekayasa gigi yang membutuhkan dana paling sedikit Rp 60 juta hanya untuk gigi bagian atas ini, bagian uji coba diakui Syanti tak ia pungut biaya. Namun, Syanti begitu yakin pasiennya akan kembali datang untuk melanjutkan proses rekayasa.

"Resiko kemudian tidak lagi melanjutkan pasti ada, dan saya tidak ingin memaksa, namun ketika mereka sudah puas akan hasil uji coba pertama, biasanya akan kembali lagi meskipun mereka bilang kepada saya akan menabung untuk biaya rekayasa." kata Syanti.  Hasil rekayasa senyuman ini diakui Syanti sanggup bertahan sepuluh hingga 15 tahun dengan perawatan dan kontrol yang baik. Bagaimana, tertarik merekayasa senyuman Anda?

Sumber CNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar